Monday, December 20, 2010

Pembaruan dimulai dari keputusan

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia, dapat mencapai 70 thn. Tapi untuk mencapai umur itu seekor elang harus membuat keputusan besar pada umurnya yang ke 40.

Saat umur 40 thn, cakarnya mulai menua, paruh menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dada. Sayapnya mjd sgt berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga menyulitkan saat terbang. Saat itu, ia hanya mempunyai 2 pilihan: Menunggu kematian atau menjalani proses transformasi yg menyakitkan selama 150 hari.

Saat melakukan transformasi itu, ia harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung utk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses berlangsung.

Pertama, ia hrs mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dr mulutnya, dan kemudian menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yg baru tumbuh itu, ia hrs mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yg baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yg panjang dan menyakitkan.

5 bulan kemudian, bulu2 yg baru sudah tumbuh. Ia mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, ia mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yg BESAR untuk memulai sesuatu proses PEMBARUAN. Berani membuang kebiasaan2 lama yg mengikat, meskipun itu adalah sesuatu yg menyenangkan dan mengenakan.

Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal2 baru, kita mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yg terpendam, mengasah keahlian kita sepenuhnya dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan!

Tantangan terbesar untuk berubah ada di dalam diri sendiri. Dalam dunia usaha inovasi yang terus menerus diperlukan untuk tetap bertahan dan makin maju berkembang. Mulai ambil keputusan untuk langkah perubahan yang besar.

Thursday, November 25, 2010

Kegagalan Proses Belajar

Proses belajar tidak hanya menarik dan logis, tetapi juga merupakan proses menemukan. Kebenaran selslu menjadi sangat bermanfaat dan produktif jika Anda menemukannya sendiri.
Kegagalan adalah bagian yang penting dari proses belajar. Selamat belajar dan terus belajar.

Thursday, August 19, 2010

Bekerja atau berkarya?

Bekerja atau berkarya? Apa beda antara keduanya? Bekerja artinya
sibuk melakukan berbagai hal, namun berbagai hal tersebut belum
tentu memberikan kepuasan dan arti yang mendalam bagi hidup kita.
Sebaliknya, berkarya adalah bekerja yang memberikan kepuasan batin,
sehingga hasil karya kita tidak hanya dapat dinikmati oleh diri
sendiri, tetapi terutama adalah dinikmati dan memberi manfaat bagi
banyak orang. Karya seperti inilah yang biasanya menjadi melegenda
karena akan diingat terus sepanjang masa. Lalu dalam penerapannya,
apa perbedaan bekerja dan berkarya? Ingin tahu? Simak yang berikut.

Dua tokoh beirkut ini bisa membantu kita untuk melihat perbedaan
antara bekerja dan berkarya.

Ario adalah seorang guru, ia bekerja di dua tempat. Pagi hari ia
bekerja di sebuah sekolah menengah swasta, sedangkan sore dan malam
hari ia bekerja sebagai guru privat untuk membantu beberapa siswa
yang ingin mendapatkan tambahan pelajaran. Hal ini sudah
dilakukannya bertahun-tahun, tetapi tetap saja Ario hanya bisa
menghidupi keluarganya pas-pasan, bahkan sering juga mereka hidup
dalam kekurangan. Untuk menutupi berbagai kebutuhan, kadang-kadang
Ario juga sibuk bekerja di akhir pekan, menerima terjemahan atau
berjualan apa saja yang bisa dijadikan uang. Hidupnya penuh dengan
kesibukan, tetapi sepertinya Ario selalu kehabisan tenaga dan
semangat begitu malam menjelang. Ia sering merasa stress karena
kesibukannya yang menyita waktu, tidak hanya waktu pribadinya untuk
bersantai menikmati hidup, tetapi juga waktu bersama keluarga,
sehingga ia sering merasa jauh dari keluarga. Kedua anaknyapun
jarang `bertemu' dengan sang ayah, karena sang ayah pagi hari sudah
berangkat kerja sedangkan kembali pulang ketika ia sudah sangat
lelah atau ketika anak-anak sudah tidur.

Ponco juga seorang guru. Pagi hingga siang hari ia bekerja di
sekolah menengah swasta yang sama dengan Ario. Sore hari iapun
memberikan pelajaran privat kepada beberapa siswa. Namun, tidak
seperti Ario yang terlihat stress dan lusuh karena di dera
pekerjaan, Ponco selalu terlihat ceria. Ia juga memiliki dua anak,
namun anak-anak terlihat dekat dengannya. Tiap akhir pekan mereka
menghabiskan waktu bersama-sama untuk melakukan hal-hal yang
menyenangkan: membersihkan rumah, bermain monopoli, pergi jogging di
pagi hari. Kadang-kadang, Ponco juga masih bisa melakukan `pekerjaan
lain' disela-sela kesibukan rutin, sebagai ketua RT, ia menjadi
koordinator sekolah gratis bagi warga yang kurang mampu di RT tempat
ia tinggal.

Sepertinya Ario dan Ponco memiliki kesibukan yang serupa, tetapi
hasilnya sangat berbeda. Ario selalu dikejar waktu dan pekerjaan
untuk menutupi berbagai kebutuhan hidup yang mendesak. Sebaliknya,
Ponco, yang juga memiliki kebutuhan hidup yang serupa, masih bisa
menikmati hidup bersama keluarga di malam hari dan akhir pekan. Ia
juga bahkan masih bisa menyisihkan sebagian dari waktunya untuk
membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya dengan menjadi
ketua RT dan koordinator sekolah gratis bagi warga setempat yang
kurang mampu.

Bila kita perhatikan lebih lanjut, ternyata ada perbedaan sikap yang
menyolok dalam melakukan pekerjaan antara Ario dan Ponco. Ario
menerima pekerjaan sebagai guru dengan sikap yang `asal dapat
pekerjaan dari pada nganggur'. Ketika ia sudah mendapat pekerjaan
sebagai guru, ia juga melakoni profesi tersebut dengan sikap yang
sama. Ketika mengajar, ia juga bersikap, asal bisa selesai mengajar
secepatnya. Ketika memberikan pelajaran privat di sore dan malam
hari juga ia bersikap, `asal bisa cepat selesai'. Sedangkan ketika
mengerjakan pekerjaan tambahan dengan menerima terjemahan, sikapnya
juga tidak berubah: asal bisa cepat selesai dan cepat dapat uang.
Akibatnya, ia benar-benar dikejar waktu dan tidak bisa menikmati
pekerjaan yang dilakukannya. Iapun selalu terlihat stress, murung,
lusuh dan lelah.

Lain halnya dengan Ponco. Ponco sangat menikmati pekerjaannya
sebagai guru. Pekerjaan sebagai guru ini sudah merupakan cita-
citanya dari ketika ia masih diperguruan tinggi. Ponco yang berasal
dari keluarga sangat sederhana menyadari bahwa pendidikan sangat
diperlukan untuk membantu seseroang untuk keluar dari garis
kemiskinan. Untuk itulah ia merasa perlu membantu orang lain,
terutama mereka yang membutuhkan dengan memberikan jasa pendidikan.
Dengan demikian, ia senantiasa dapat menikmati tiap detik dari
pekerjaan yang dilakukan, baik ketika menyiapkan pelajaran, maupun
ketika memberikan pelajaran. Tidak heran jika ia menjadi salah satu
guru favorit dan menjadi salah satu rekan favorit. Dan tidak heran
juga jika ia dinominasikan untuk menjadi kepala sekolah. Dengan
sikap yang selalu ingin membuat hasil karyanya bermakna bagi orang
lain, Ponco tidak merasa stress, bahkan ia merasa harus berbuat
lebih banyak lagi. Ia juga bisa menikmati pekerjaan sebagai ketua RT
dan koordinator sekolah gratis bagi warga sekitar yang membutuhkan.

Jadi, disini terlihat perbedaannya. Ario, yang selalu terlihat
sibuk, dikejar waktu, stress dan kelelahan ternyata adalah tokoh
yang terlihat `gila kerja' tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya.
Orang lain juga tidak bisa menikmati pekerjaannya, karena ia bekerja
dengan terburu-buru dan bekerja dengan sikap `asal cepat selesai''
sehingga hasilnya juga kurang optimal. Sebaliknya, Ponco yang sangat
menikmati pekerjaannya, bisa memaknai hasil karyanya. Orang-orang
disekitarnya juga bisa mendapat manfaat dari keberadaan Ponco,
terlebih lagi dari hasil karya Ponco. Walalupun melakukan pekerjaan
yang sejenis dengan jumlah kegiatan yang sama banyaknya, Ponco dan
Ario menghasilkan karya yang berbeda. Yang satu (Ario) menghasilkan
kualitas kerja yang rata-rata bahkan cenderung kurang, sedangkan
yang lain (Ponco) menghasilkan `maha karya' yang melegedna karena
selalu dikerjakan dengan kualitas kerja yang tinggi dan dengan
semangat serta emosi yang positif terhadap pekerjaan.

Bagaimana dengan Anda, apakah saat ini Anda sedang sibuk bekerja
atau sedang sibuk berkarya? Jika Anda sibuk bekerja, barhati-hatilah
terhadap beban stress dan keterikatan terhadap waktu. Mungkin sudah
saatnya Anda mengubah sikap atau mencari pekerjaan lain yang dapat
memberikan makna dan manfaat bagi Anda, terutama bagi orang lain di
sekitar Anda. Selamat berkarya. Sukses untuk kita semua.

Wednesday, June 30, 2010

Perjalanan mencari pengertian

Sekilas ingat yang dikatakan buku Amsal,"Carilah pengertian dan perolehlah hikmat." Ternyata setiap hari hikmat ada disekitar hidup kita. Setiap hari dalam perjalanan menuju dan pulang dari tempat kerja, banyak sekali hal yang dapat direnungkan untuk mendatangkan hikmat.
Lalu-lalang kendaraan bermotor dan pejalan kaki mengingatkan saya begitu banyaknya jumlah manusia di dunia ini. Wajah yang berbeda-beda ada dimana-mana, dunia tidak selebar daun kelor!
Kadang hati begitu sedih melihat ada orang yang harus berhimpit-himpitan dengan bis kota, disatu sisi lain mobil-mobil mewah hanya ditumpangi oleh satu orang saja. Belum lagi pedagang asongan yang harus terus mengusap peluhnya di teriknya panas matahari. Ada rasa ketidakadilan di dalam hidup ini, tapi bisakah saya mengubah itu? tanyakan juga pada diri Anda !