Tuesday, February 22, 2011

A Prayer for a Pure Conscience

I need you to teach me day by day, according to each day’s opportunities and needs. Give me, O my Lord, that purity of conscience which alone can receive, which alone can improve your inspiration. My ears are dull, so that I cannot hear your voice. My eyes are dim, so that I cannot see your gifts. You alone can quicken my hearing, and purge my sight, and cleanse and renew my heart. Teach me to sit at your feet and to hear your Word. Amen.

Wednesday, February 9, 2011

Mati dan hidup di tangan siapa?

Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang.
Manusia mati meninggalkan nama: nama baik, nama buruk, nama harum
dan nama busuk. Yang mana yang kira-kira akan Anda tinggalkan?
Pernahkah terpikirkan oleh Anda? Ya, salah satu cara untuk meninggalkan nama
baik adalah dengan memanfaatkan kekuatan sepenuh hati secara
konsisten di setiap pekerjaan yang kita lakukan dimanapun kita
berada. Simak yang berikut.

Kualitas prima. Siapa yang tidak kenal dengan Mozart, si genius
dalam musik klasik yang karyanya sampai saat inipun masih bisa
dimainkan dan dinikmati banyak orang di seluruh dunia. Menjelang
akhir hidupnya, ia kehilangan penglihatannya. Namun, karena ia
selalu melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati, ia pantang
menyerah. Ia tetap berkarya, dan hasilnyapun luar biasa. Jadi, bisa
kita lihat bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati
pastinya akan membuahkan hasil yang `sepenuh hati' juga, yaitu hasil
yang terbaik yang bisa kita persembahkan.

Layanan prima. Lain Mozart, lain pula dengan Ibu Teresa dan Florence
Nightingale. Kedua ibu ini juga mendedikasikan seluruh hidup mereka
dengan sepenuh hati untuk melayani banyak orang. Ibu Teresa melayani
kaum papa di Asia Selatan, sedangkan suster Florence memberikan
perawatan kepada para korban yang luka dalam perang. Dengan
kesungguhan mereka memberikan layanan, mereka berhasil membuat
perubahan di dunia yang mereka layani. Mereka juga berhasil
mengukir `nama baik' karena layanan sepenuh hati yang mereka berikan.


Solusi prima. Bagaimana dengan Thomas Alva Edison si penemu bola
lampu listrik? Tahukah Anda berapa kali percobaan yang harus ia
lewati untuk sampai pada penemuan spektakuler tersebut. Ya, Anda
benar, ia harus melewati bukan 10 kali kegagalan, bukan juga 100
kali kegagalan, tetapi mendekati 1000 kegagalan dulu sebelum
akhirnya berhasil. Ia belum puas ketika belum menemukan solusi yang
terbaik dari apa yang dicarinya. Keinginannya untuk bekerja sepenuh
hati inilah yang mampu mendorongnya untuk terus berusaha dan bangkit
kembali dari kegagalan, serta bertahan sampai solusi terbaik
ditemukan. Ternyata keberhasilan ini tidak hanya bisa dimanfaatkan
oleh dirinya sendiri, tetapi oleh semua orang diseluruh dunia.

Kepuasan prima. Siapa yang senang jika pekerjaan yang dilakukan
dengan sepenuh hati berhasil dengan baik? Pastinya tidak hanya orang
lain saja yang puas menikmati hasil karya kita tersebut, tetapi
terutama adalah diri kita sendiri. Kita akan bangga dan puas melihat
hasil karya kita dan melihat orang lain puas menikmati hasil karya
kita. Kepuasan inilah yang bisa menjadi `vitamin' dan penambah
semangat untuk melakukan pekerjaan berikutnya dengan sepenuh hati
juga. Kepuasan ini juga mendorong orang lain untuk `mencari' kita
dan `mengandalkan' kita dalam segala hal yang kita lakukan.

Apa yang dikerjakan hari-hari ini menentukan karir dan masa depan, bahkan 'hidup dan matinya'nya seseorang.

Anda memiliki otak untuk berpikir. Anda memiliki kaki untuk
melangkah. Jadi Anda pasti mampu memilih arah yang Anda tuju dan
mengendalikan kemana arah yang melangkah.

Dr. Seuss, Oh, The Places You'll Go!, Random House